pagi ini saya dan istri berencana memeriksakan kandungan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). walaupun sebelumnya sempat terbesit rasa ragu kalau harus check-up di RSUD namun dengan sedikit harapan RSUD mempunyai fasilitas yang lengkap, akhirnya kami berangkat.
1. Antri dan berdiri
setelah mengikuti prosedur pendaftaran yang ada RSUD (walaupun agak sedikit semrawut) akhirnya kami mendapatkan kartu pengantar ke poli kebidanan dan kandungan.
nampak beberapa orang yang bediri berjejer di depan pintu ruang periksa poli kebidanan dan kandungan. sungguh kekesalan dimulai dari sini, ternyata untuk menunggu giliran di panggil oleh dokter pasien harus berdiri dan tidak di sediakan tempat duduk yang memadahi dan ruang tunggu yang representatif. dengan sedikit membesarkan hati saya dan istri saya, kami beranggapan mungkin karena RSUDnya masih baru berkembang.
2. bagaimana standar pemeriksaan ??
setelah capek berdiri selama kurang lebih satu jam akhirnya tiba giliran istri saya di panggil untuk diperiksa. saya tidak bisa menemani kedalam, walaupun tidak ada larangan tapi sepertinya bukan suatu hal yang biasa di RSUD jika suami menemani sang istri saat pemeriksaan kandungan.
setelah istri saya selesai di periksa, dengan seksama saya dengarkan ceritra istri tercinta tentang hasil pemeriksaan. jika harapan saya agar istri mendapat pemeriksaan dengan baik ternyata hanya tinggal harapan. pemeriksaan yang dilakukan ternyata tanpa diawali dengan pemeriksaan tensi darah dan tanpa timbang badan. walaupun ada pemeriksaan USG tapi hanya pemeriksaan terhadap janin. lalu bagaiamana dengan kesehatan sang ibu??
3. antri yang tak kunjug dilayani.
alasan klasik yang selalu dilontarkan oleh pelayan masyarakat seperti rumah sakit adalah kekurangan personil. hal ini juga ada di RSUD Sangata.
ketika kami mengantri di apotek untuk menebus obat ( sudah cukup lama juga mengantrinya ) ada seorang bapak yang menanyakan ke petugas kenapa kok lama sekali pelayanannya, dan alasan klasik seperti di atas lah jawabannya.
akhirnya setelah satu jam lebih mengantri dan dengan kekesalan yang sudah memuncak kami putuskan untuk pulang saja tanpa harus menebus obat. kami tinggalkan resep dokter yang sudah terlanjur masuk loket.
kami berpikr untuk periksa ulang di tempat lain saja nanti, yang mempunyai standar pelayanan yang lebih baik.
1. Antri dan berdiri
setelah mengikuti prosedur pendaftaran yang ada RSUD (walaupun agak sedikit semrawut) akhirnya kami mendapatkan kartu pengantar ke poli kebidanan dan kandungan.
nampak beberapa orang yang bediri berjejer di depan pintu ruang periksa poli kebidanan dan kandungan. sungguh kekesalan dimulai dari sini, ternyata untuk menunggu giliran di panggil oleh dokter pasien harus berdiri dan tidak di sediakan tempat duduk yang memadahi dan ruang tunggu yang representatif. dengan sedikit membesarkan hati saya dan istri saya, kami beranggapan mungkin karena RSUDnya masih baru berkembang.
2. bagaimana standar pemeriksaan ??
setelah capek berdiri selama kurang lebih satu jam akhirnya tiba giliran istri saya di panggil untuk diperiksa. saya tidak bisa menemani kedalam, walaupun tidak ada larangan tapi sepertinya bukan suatu hal yang biasa di RSUD jika suami menemani sang istri saat pemeriksaan kandungan.
setelah istri saya selesai di periksa, dengan seksama saya dengarkan ceritra istri tercinta tentang hasil pemeriksaan. jika harapan saya agar istri mendapat pemeriksaan dengan baik ternyata hanya tinggal harapan. pemeriksaan yang dilakukan ternyata tanpa diawali dengan pemeriksaan tensi darah dan tanpa timbang badan. walaupun ada pemeriksaan USG tapi hanya pemeriksaan terhadap janin. lalu bagaiamana dengan kesehatan sang ibu??
3. antri yang tak kunjug dilayani.
alasan klasik yang selalu dilontarkan oleh pelayan masyarakat seperti rumah sakit adalah kekurangan personil. hal ini juga ada di RSUD Sangata.
ketika kami mengantri di apotek untuk menebus obat ( sudah cukup lama juga mengantrinya ) ada seorang bapak yang menanyakan ke petugas kenapa kok lama sekali pelayanannya, dan alasan klasik seperti di atas lah jawabannya.
akhirnya setelah satu jam lebih mengantri dan dengan kekesalan yang sudah memuncak kami putuskan untuk pulang saja tanpa harus menebus obat. kami tinggalkan resep dokter yang sudah terlanjur masuk loket.
kami berpikr untuk periksa ulang di tempat lain saja nanti, yang mempunyai standar pelayanan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar